Dua minggu sudah saya berda di Ibu Kota dari salah satu negera maju di dunia, Auckland, New Zealand. Tempat yang begitu indah terkesan sejuk serta membawa kedamaian. Siapa yang tau bahwa kota ini begitu damai tanpa sebuah senjata genggam. Di kota ini tidak diijinkan seorang pun untuk memakainya. Bahkan seorangpolisi sekalipun. Bisa dibayangkan polisi tanpa pistol. Begitu damai tempat ini.
Tes demi tes telah saya lalui untuk dapat menjelajahi kota ini bersama dengan 11 teman saya. Mulai dari tes akademik hingga tes kesehatan. Sebenarnya saya bersama duabelas teman saya yang berencana akan kemari sebelumnya, namun sayang, salah satu dari kami harus tertunda, karena mengalami sedikit masalah pada kesehatannya. Sedikit menyita rasa bahagia saya dan teman saya yang lainnya tentunya. Namun tak mematahkan semangat kami.
Saya dan teman saya yang lain berda disini karena kehebatan pemerintah kami dalam mengatasi pendidikan di daerah asal kami, Papua. Tempat yang begitu kaya akan keeksotisan dan kekayaan sumber daya alamnya. Namun sayang, belum begitu banyak penduduk setempat yang menyadarinya. Sehingga kekayaan tersebut banyak dirampas oleh negara-negara asing. Tangan pemerintah Indonesia pun tidak sanggup untuk mengolahnya. Entah mungkin karena kurangnya pendidikan di Indonesia bahakan di Papua sendiri ataupun kemalasan penduduk setempat untuk melakukan tindakan yang berguna. Hal ini yang menggerakan hati para pejabat-pejabat serta pemimpin-pemimpin negara ini, sehingga kami pun hadir dan siap untuk kedepannya membangun tanah kami, Papua.
Hati saya tergerak untuk mengatasi segala masalah yang ada di tanah kelahiran saya. Oleh karena itu, kesempatan berharga yang telah diberikan kepada saya, tidak akan saya sia-siakan begitu saja. Namun sayang, lagi-lagi teman saya ingin mengundurkan diri. Dia berpikir apa yang telah dilakukan olehnya disini hanyalah omong kosong belaka, kesia-sia-an. Kenapa? Karena dia merasa apa yang dia pelajari disini telah dia pelajari di tempat asalnya. Disamping itu, dia juga sering merasa kesepian di rumah yang dihuninya, sering mengalami kehampaan, kekosongonan, sunyi senyap yang tidak biasa dia rasakan. Terlebih lagi dia sangat dibatasi oleh peraturan rumahnya. Tapi apalah arti semua itu jika dia berpikir kedepan untuk melihat apa yang akan dia dapatkan? apa yang akan dia raih? Sesuatu yang luar biasa akan dia dapatkan dengan mudah, yaitu berjuang untuk melawan apa yang dirasakan. Semoga Tuhan yang Maha Kuasa membuka pikirannya sehinnga dia mengurungkan niatnya untuk mengundurkan diri. Semangat kawan! Jangan mudah putus asa!
Sebenarnya saya juga sering merasakan apa yang dia rasakan. Sepi, sunyi, diam mebisu disudut kamar, mendengar orang berdialog dengan bahasa yang asing. Namun semua itu terbantahkan ketika mengingat pesan dari kedua orang tua saya, "Ini adalah sebagain kecil dari perjuanganmu menuju kesuksesan, sudah banyak yang kamu korbankan, jangan putus asa, tetap semangat!" Ya! kata-kata itu yang selalu menguatkan hati ini dikala kekosongan dan kehampaan itu datang menjenguk.
Kini persaan itu harus dilawan meskipun hal tersebut semakin sering datang menjenguk hati. Terutama ketika pikiran mengenai seseorang yang istimewa itu datang. Jantung pun seakan berhenti sejenak untuk ikut bersama hati dan pikiran untuk memikirkannya. Seseorang yang tidak pernah berhenti menyemangati jiwa ini, seseorang yang tidak pernah berhenti menginspirasi pikiran ini. Terimaksih buat dia yang telah hadir mengisi kekosongan hati ini.
Perjuangan untuk menggapai kesuksesan belum berakhir. Masih banyak yang harus dilakukan dan diperjuangkan. Hapus kata menyerah, timbulkan rasa semangat dalam dada. Mari menggapai cita-cita!
with spirit :)
PaC